Rabu, Mei 08, 2019

Kelompok Tari Berdasarkan Pola Penggarapan

Kelompok Tari Berdasarkan Pola Penggarapan - Apresiasi masyarakat Indonesia terhadap tari tradisional sangat rendah. Ironisnya, bangsa lain sebagai bangsa yang minim akan seni tradisional di negerinya telah begitu antusias dalam meneliti dan mempelajari seni budaya tradisonal Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan tulisan tentang budaya Indonesia oleh orang Barat. Budaya kita telah mengharumkan bangsa. Mengapa antusiasme di negeri kita sendiri tidak lebih besar? Mulailah dari sekarang untuk mengenal dan menggali tari tradisional Nusantara.


Berdasarkan pola penggarapannya, tari dapat dikelompokkan menjadi tari tradisional dan tari kreasi. Pahamilah uraian berikut ini dengan baik.

Tari Tradisonal

Kekhasan jenis tari tradisional terbentuk oleh latar belakang kultur daerahnya masing-masing. Tari tradisional menjadi bagian hidup bermasyarakat dalam konteks budaya. Identitas tari dan kekhasan tari tradisional tersebut merupakan refleksi kultur masyarakat, adat istiadat, kebiasaan, kehidupan bermasyarakat dalam perilaku sehari-hari, ritual, dan kepercayaan yang disepakati secara sadar ataupun sebaliknya.

Karya seni tari tradisional memiliki dua bentuk tari berdasarkan nilai seni yang dibatasi adat istiadat atau norma yang berbentuk aturan, yaitu sebagai berikut ;

Tari Klasik

Tari klasik memiliki aturan yang mengikat dalam penyajiannya, baik secara estetis maupun teknis. Tari klasik pastilah tradisional, tetapi tari tradisional belum tentu klasik. Standardisasi tari klasik terbentuk akibat beberapa hal, yakni:
  • mengandung nilai estetis dan nilai artistik yang tinggi dan segala sesuatunya dipersiapkan agar tarian benar-benar sempurna;
  • perjalanan tumbuhnya sangat panjang sehingga mengkristal dalam kehidupan masyarakat; 
  • memiliki aturan baku yang tidak bisa diubah atau dihilangkan atas kesepakatan. 
Tarian yang termasuk tari klasik, di antaranya tarian yang fungsinya untuk upacara ritual. Hal tersebut disebabkan tarian tersebut telah lama ada dan memiliki aturan yang tidak boleh dilanggar oleh pengikutnya. Terdapat tari upacara yang sudah mengalami perubahan fungsi karena mendapat sentuhan modern atau tidak lagi disajikan sebagai tarian dengan bentuk yang sama. Misalnya, tarian yang hidup di kalangan keraton dan istana yang masih hidup di beberapa wilayah di Indonesia. 

Tari Rakyat

Imajinasikan pikiran Anda ke tahun-tahun ketika zaman belum tersentuh peradaban teknologi agar daya empati Anda terhadap tari tradisional tidak memiliki jeda.

Tari tradisonal yang tumbuh dan berkembang di kalangan rakyat pada zaman dahulu sering disebut tari rakyat. Dengan kesederhanaan bentuk sajiannya, tarian ini lahir sebagai cara masyarakat dalam mengekspresikan kegembiraannya melalui karya tari. Hubungan sosial antarmanusia menunjukkan iklim positif pada pergaulan rakyat yang terjalin baik. Kebebasan dalam mengungkapkan ekspresi terlihat pada tari yang hidup di kalangan rakyat, yaitu jenis tari pergaulan yang merupakan refleksi kebiasaan antara individu dan masyarakat. 

Berikut merupakan keunikan dari jenis tari yang hidup di kalangan rakyat pada zaman dahulu:
  • pola gerak, rias, busana, dan iringannya sederhana;
  • gerakannya dilakukan secara spontan;
  • ungkapan kegembiraan dan menghibur para pelakunya sendiri;
  • terjadi interaksi antara penari dan penonton;
  • menunjukkan suasana yang akrab;
  • merupakan sarana dalam pergaulan masyarakatnya;
  • tempat sajian tari umumnya menggunakan bentuk lingkaran atau arena.
proletar. Mereka dibedakan oleh tingkat kaya, miskin, berkuasa, tidak berkuasa, pribumi, dan penguasa sehingga perbedaan gaya dan isi tarian akan berbeda. Akan tetapi, jenis tarian apa pun dalam perkembangannya tidak terlihat dipengaruhi oleh status sosial. Seni budaya adalah milik semua bangsa Indonesia.

Tari Kreasi

Jenis tari yang berkembang di masyarakat tidak terlepas dari pengaruh era globalisasi yang menyelinap di sela kehidupan bermasyarakat, baik melalui media komunikasi maupun internet yang mampu mencapai tempat terpencil sekalipun. Gaya-gaya baru yang unik dan tetap memperlihatkan kekhasannya–seperti tarian yang bersifat kedaerahan dengan sentuhan baru–pun bermunculan. Bentuk yang baru tersebut menjadi gaya yang dimiliki perseorangan, bahkan mewakili daerah setempat.

Bermunculannya jenis tari dengan kekhasannya yang beragam merupakan hasil kreativitas (kreasi) para seniman tari yang dikenali dari karyanya maupun dikenali karena tokohnya. Pada zaman dahulu, banyak orang yang mewujudkan gagasan orisinalitasnya ke dalam karya seni tari tanpa didasarkan tujuan material atau profit oriented. Semua kreasi hanya sebagai sarana mengungkapkan gagasan dan ekspresi jiwa.

Pengembangan pola-pola gerak tradisi menjadi tari kreasi telah mendapat sentuhan kreativitas dari tangan koreogafernya. Misalnya, tari yang melahirkan gaya dan keunikan yang dianggap baru dan hasilnya diterima masyarakat pada masa itu. Dengan demikian, untuk jenis tari yang lahir dengan gagasan baru dan unik dari tangan para koreografer Indonesia pada sebuah masa tertentu sering kali disebut sebagai Tari Kreasi Baru (karya cipta hasil kreativitas yang baru). Keunikan karya individual itu kemudian mengalami perjalanan panjang, dan bergerak bersamaan dengan munculnya tari kreasi lainnya. Oleh karena itu, dalam kurun waktu tertentu, tari kreasi baru ini bergeser karena kembali akan mengkristal menjadi sebuah tari tradisi.

Gagasan kreativitas tari kreasi merupakan:
  1. hasil kreativitas pengembangan pada salah satu elemen atau unsur tari dan pendukung lainnya;
  2. kreativitas dalam mengungkapkan ide atau gagasan original dalam bentuk karya seni tari.

Pola Tari Kreasi Bersumber dari Tari Tradisi 

Jenis tari yang berpola garapan tari tradisi adalah kreasi tarian yang mengambil sumber pengembangan sebuah tari kreasi dari tari tradisional daerah setempat. Susunan gerak atau koreografinya pun berdasarkan gaya tari daerahnya sendiri. Penggambaran tarian diambil dari latar belakang cerita, legenda, dongeng, dan mitos daerahnya. Isi tarian menunjukkan sifat dan karakter masyarakatnya.

Di Minang, Sumatra Barat, pada zaman dulu, koreografer Huriah Adam yang menampilkan tarian dengan gaya pencak silat Melayu menjadi sebuah tari kreasi yang diminati dan diberikan penghargaan sebagai bentuk sikap apresiatif insan seni kepadanya. Namun, kini orang tetap menyebutnya sebagai Tari Kreasi Baru. Tari karya Huriah Adam menjadi sebuah karya tari yang baru dalam tradisi karena kurun waktu tumbuh kembangnya yang lama.

Di Jawa Barat, insan tari mengenal tokoh tari kreasi R. Tjetje Somantri yang hingga kini tariannya masih diminati masyarakat, dan masih dipertahankan oleh muridnya yang paling menonjol, yaitu Indrawati Lukman dan Irawati Durban pada karya tari seperti Tari Merak, Tari Topeng Koncaran, dan Tari Kandagan. Tokoh tari kreasi lain adalah Enoch Atmadibrata yang menciptakan Tari Kreasi Cendrawasih. Nugraha Suradireja menciptakan Tari Topeng Tumenggung Priangan dan Tari Kencana Wungu.

Demikian pula yang dilakukan para koreografer yang namanya dikenal di hampir seluruh wilayah Indonesia, seperti Gusmiati Suid (Tari Piring dan Tari Galombang dari Sumatra Barat), I Mario pada karya Kebyar Duduk (Bali), dan Bagong Kusudiarjo (dari Yogyakarta) yang terkenal dengan Tari Yapong tahun 80-an.

Pada masanya, mereka menciptakan tari-tarian kreasi dengan berpijak pada tari tradisional daerah mereka sendiri. Terobosan mereka pada saat itu adalah memadukan gerak dari akar sumber gerak tradisional dengan bentuk yang baru. Bahkan, hingga kini karya tarinya diminati banyak orang. Karyanya dianggap mewakili kebaruan tanpa melepaskan ciri khas daerahnya. 

Pola Tari Kreasi Nontradisi

Dalam penggarapan tari kreasi nontradisi, yang diandalkan hanya kebebasan berekspresi dengan mengeskplorasi gerak sebanyak-banyaknya, kemudian menyusunnya menjadi sebuah pola gerak. Pola gerak yang dikumpulkan dari hasil eksplorasi gerak tadi menjadi sebuah gerak yang nantinya dikelompokkan, kemudian disusun menjadi sebuah ragam gerak yang terstruktur secara koreografi.

Tari sebagai media untuk mengungkapkan perasaan, keinginan, dan pandangan, kadang-kadang terwujud dengan gerakan yang sangat abstrak. Gerak yang tidak bermakna pada setiap elemen geraknya, benar-benar dilakukan dari dalam batin, lepas dari sumber pijakan tradisi. Contohnya, tari Hip Hop, tari yang oleh masyarakat disebut tari modern.

Agar terdengar tidak ketinggalan zaman, masyarakat menyimpulkan tari dengan indikator keanehan, ketidaklaziman, kebaruan alat dan kemodernan teknologi yang diserapkan pada properti, bentuk gerak, setting pentas, busana, dan rias wajah fantastic sebagai kelompok tari modern. Kemodernan dianggap sebagai kebanggaan dan pengukuhan diri untuk larut pada kemajuan zaman. Lihat saja, begitu antusiasnya masyarakat, khususnya remaja, menyaksikan panggung tari dalam festival Let’s Dance yang diadakan oleh salah satu televisi swasta kita. Mungkin antusiasme terhadap tari seperti itu dianggap modern oleh para remaja sekarang ini.
Baca Juga

Artikel Terkait

Kelompok Tari Berdasarkan Pola Penggarapan
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email